Terkadang, saya merasa sangat
serius menjalani hari-hari di tempat kerja. Selama tujuh tahun kerja, merasakan
fluktuatifnya emosi yang kadang menguras hati. Ya taulah, bekerja dengan bermacam
karakter orang yang tentunya berbeda-beda. Apalagi dengan karakter Bos yang...
oops ...sepertinya saya sudah mulai tsurhat. Hehehe...
Saya sangat jarang menikmati me time dengan bepergian ke suatu
tempat, Travelling misalnya. Kalau diingat-ingat, saya ini tipe anak rumahan
yang terkadang keluar rumah hanya karena bosan tinggal di rumah. Hahah...
Berhubung seorang teman, mengajak
saya untuk ikut event menjelajahi kota Makassar yang diadakan Komunitas Makassar
Backpacker, saya langsung bersedia. Sejak tahun 1999 tinggal di Makassar, jujur
saja, saya tidak begitu mengenal Kota Makassar dengan baik. Saya hanya
pendatang yang menumpang tinggal di kota ini, tanpa ingin mengenal lebih jauh
Makassar itu seperti apa. Lagi lagi karena mungkin saya anak rumahan ya? :D.
*
*
Hari Sabtu 24 April 2015, bersama
kak Afdhal ke Rotterdam untuk berkumpul dengan peserta jelajah kali ini. Event
seperti ini, sudah sering dilakukan oleh Komunitas Makassar Backpacker. Tema
kali ini diberi judul “Catch Me If You Can”, sama seperti judul film ya? :D.
Kurang lebih 40 orang peserta, menerima
tantangan dari panitia. Setelah panitia menjelaskan rule yang harus dikerjakan peserta, Tim saya mendapat kesempatan
pertama, jalan terlebih dahulu untuk memulai penjelajahan. Oh iya, nama
masing-masing Tim kami cukup unik, nama yang diambil dari jajanan pasar khas
Bugis Makassar. Tim saya, bernama Tim
Barongko. Barongko adalah sejenis kue tradisional yang bahan bakunya dari pisang,
Barongko ini dibungkus dengan daun pisang muda. Adapun tim yang lain, diberi
nama Roko roko unti, umba-umba, Roko roko cangkuning, Apang, Jipang dan Putu
Cangkir. Kalau penasaran seperti apa penampakan nama nama Tim tersebut, bisa
tanya mbah gugel. Hehehe...
Tim kami, berdiskusi untuk membaca
rule dan clue yang ada pada dua lembar kertas yang sudah dibagikan oleh
Panitia. Mendiskusikan rute yang akan kami lalui dan spot mana saja terlebih dahulu yang akan kami datangi. Dalam hal
ini, kami diharuskan meminimalisir penggunaan biaya transportasi menuju
masing-masing spot.
Spot pertama kami adalah Pasar Bacan. Pasar yang
terletak di pemukiman Pecinan yang ada di
sekitar Jalan Sulawesi. Pasar ini konon salah satu pasar tradisional tertua yang ada di Makassar. Pasar ini dimulai sejak jam 5 pagi dan berakhir pada jam 12 siang. Karena jadwal pasar ini terbilang singkat, kami bergegas ke lokasi ini. Para pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari ini, rata-rata warga etnis Tionghoa, meski ada juga warga Non Etnis Tionghoa yang berjualan. Mereka berbaur menikmati keragaman. Kami berfoto bersama pedagang, dan mempostingnya ke grup Makassar Backpacker yang ada di Facebook, dengan tagar nama tim dan nama Spot yang kami singgahi, #TimBarongko #PasarBacan, seperti itu.
terletak di pemukiman Pecinan yang ada di
sekitar Jalan Sulawesi. Pasar ini konon salah satu pasar tradisional tertua yang ada di Makassar. Pasar ini dimulai sejak jam 5 pagi dan berakhir pada jam 12 siang. Karena jadwal pasar ini terbilang singkat, kami bergegas ke lokasi ini. Para pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari ini, rata-rata warga etnis Tionghoa, meski ada juga warga Non Etnis Tionghoa yang berjualan. Mereka berbaur menikmati keragaman. Kami berfoto bersama pedagang, dan mempostingnya ke grup Makassar Backpacker yang ada di Facebook, dengan tagar nama tim dan nama Spot yang kami singgahi, #TimBarongko #PasarBacan, seperti itu.
Setelah mengunjungi Pasar Bacan, kami
berjalan kaki melewati pemukiman Warga Tionghoa menuju Spot Kedua, yaitu Makam Pangeran Diponegoro yang
berada di Jalan Pangeran Diponegoro. Jarak Pasar Bacan ke Makam Pangeran
Diponegoro kurang lebih 700 meter. Rute ini, tidak pernah sekalipun saya lalui.
Kami berjalan di bawah teriknya matahari yang super ughhh... *kolam mana kolam*
Setelah berjalan cukup jauh yang
rasanya seperti jutaan tahun cahaya :)). Kami tiba di Makam Pangeran
Diponegoro. Tantangannya, foto bersama penjaga makam atau keturunan dari
Pangeran Diponegoro. Kami menunggu beberapa saat, Bapak yang dimaksud keluar dari
rumah. Si Bapak keluar juga, tiba-tiba si Bapak marah-marah. Kami diusir. Katanya,
kalau mau datang ke sini, harus buat perjanjian dulu. Bla bla bla... Bapaknya ngomel panjang lebar, kami Cuma minta foto
bersama, tapi si Bapak tetap tidak mau. Katanya lagi sakit, bla bla bla...
Baiklah Bapakkkk tidak mengapa, tidak usah marah.
Tidak kehabisan akal, kami malah
selfie dengan Latar belakang si Bapak lagi duduk yang membentuk siluet.
Hahaha... dasaaarrrr.
Kami berpamitan dan bergegas
keluar kompleks Makam menuju Spot
selanjutnya.
“Assalamu `alaikum ya ahlal qubuur. Yaghfirullahu lanaa wa lakum. Antum salafunaa wa nahnu bil atsar”.
“Assalamu `alaikum ya ahlal qubuur. Yaghfirullahu lanaa wa lakum. Antum salafunaa wa nahnu bil atsar”.
(Semoga kesejahteraan tercurah atas kalian wahai para penduduk
kubur. Semoga Allah memberikan ampunan kepada kami dan kepada kalian.
Kalian adalah para pendahulu kami dan kami akan menyusul kalian)
(cont)
0 komentar:
Posting Komentar