Kepada Sahabat ; Hanya Pelukan yang Dapat Kuberikan

Jumat, 29 Mei 2015 0 komentar


Adalah Afrina Wahyuni, perempuan jangkung yang awal berkenalan dengannya di masa Orientasi Mahasiswa Baru di kampus kami, terkesan sombong. Tidak,  dia tidak sombong. Dia pendiam. Terkadang hanya menjawab sepatah dua patah kata  jika ditanya. Sesekali dia ikut tertawa jika ada hal yang lucu. 

Bagi saya, “membebaskan” sahabat untuk memilih teman-teman baru adalah cara terbaik untuk membuat sahabat kita menjadi nyaman. Tidak memaksakan mereka untuk setiap saat berbagi suka maupun duka. Tidak kemudian menjadi posesif.

Jika sahabat ingin berbagi kisahnya, silahkan. Jika sahabat tak ingin berbagi, ya monggo.

Karena menurut saya, Sahabat ibarat telinga, mata, dan hati yang siap jika kamu perlukan kapan pun. Ataukah memberikan pundak untuk sekedar bersandar.
Awalnya, untuk membuat Rina membagikan sedihnya kepada saya, sangatlah susah. Dan saya tidak ingin menjadi seseorang yang gila urusan orang lain, ingin tahu dan mengusili hingga ke hal yang remeh temeh.

***

Hingga suatu saat, Rina akan menikah. Perasaan saya menjadi campur aduk, Sedih dan bahagia. Entah kenapa saya merasa sedih, yang pasti saya jelas bahagia. Rina menikah dengan Ismail Kahar. Lelaki pendiam yang miskin suara. Lelaki yang seperti melihat air tenang dan menyejukkan. Seperti itulah yang saya lihat dari Ismail dan akan menjadi suami sahabatku ini.

Mereka dikaruniai seorang Putra, Muh Rezky namanya. Raut wajahnya seperti mengcopy wajah ayahnya. Ismail Kahar dan Muh Rezky adalah pinang yang terbelah. 

Kurang dari 10 hari sebelum genap 2 tahun usia Eky buah hati Rina, Ayahnya meninggal. Meninggal karena sakit yang seakan tiba-tiba muncul begitu saja tanpa permisi. Diagnosa dokter, ternyata sudah stadium. 

Tiga minggu lebih, Suami Rina dirawat di dua rumah sakit. Sirosis akut yang kemudian diketahui nama ‘pencuri’ itu. Beberapa kali menjenguk di Rumah Sakit, membuat saya tidak mampu membendung air mata. Selama ini, saya merasa cukup tegar untuk hal-hal yang terlalu melankolis, ternyata tidak, Saya memiliki banyak persediaan air mata.

Tanggal 31 Desember 2011, Suami Rina berpulang ke Rahmatullah. Tak banyak yang bisa saya berikan selain pelukan erat dan derai air mata yang selalu siap ditumpahkan. Pelukan bagi saya, adalah bahasa universal yang tak terbatas artinya.
Hanya kepada-Nya-lah kita semua akan kembali.

***

Berselang setahun lebih, Rina menemukan kembali belahan jiwanya yang lain. Seseorang yang mengisi kekosongan hatinya. Adalah Muh Syahrullah namanya, lelaki brewok yang cukup berani meminang Rina. 

Lagi lagi tak banyak yang bisa saya katakan kepada Rina. Hanya doa yang mampu saya ucapkan. Mendukung segala pilihannya. Mendoakan yang terbaik untuknya. 

Tak cukup berapa lama, Rina mengandung anak kedua. Kemudian lahir dan diberi nama Aliyah. Aliyah berparas cantik, raut mukanya persis seperti Ayahnya. Lagi lagi seperti ayahnya. Pernah dengan bercanda Rina berujar ke Saya. 

“tidak adanya itu wajahnya anak-anak mirip saya, semua wajah ayahnya” kata Rina. Kami tertawa dan memandangi kedua anak-anaknya.  

Semoga mereka kelak tumbuh menjadi anak-anak berbakti kepada orang tua, dan menjadi anak-anak yang soleh soleha. Aamiin… doaku dalam hati.


***

Aliyah di usianya yang baru menginjak 1,5 tahun, harus ditinggalkan oleh Ayahnya, setelah berjuang melawan sakit yang dideritanya selama kurang lebih setahun.  Tepat tanggal 26 Mei 2015, Muh. Syahrullah suami Rina, Sahabat kami, pergi meninggalkan dunia. Meninggalkan kami yang entah kapan akan berpulang juga.

Rasanya sakit hati ini. Ikut merasakan kepedihan Rina yang mendalam. Dua lelaki yang dicintainya pergi ke pangkuan ilahi.
Hhhh...

Hidup ini penuh misteri ya Rin...
Tak ada yang dapat menebak alur hidup ini. Kun Fa yakun ; maka jadilah!. Sutradaranya Maha Pandai. Mengatur segalanya sedemikian rupa. 

Kita sebaiknya berbaik sangka saja kepada-Nya. Bukankah Dia telah menjanjikan di dalam Qalam-nya, bahwa Tidak ada sesuatu hal yang terjadi di muka bumi ini tanpa ada hikmah di baliknya?. Dan Dia pun menjanjikan kepada hambaNya, bahwa DIA tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya?.

Dear Rina...
Saya selalu yakin kamu memiliki Hati seluas Samudera. Bahu yang cukup kuat untuk selalu memikul segala beban hidup ini. Bersyukurlah memiliki orang-orang terkasih yang selalu ada untukmu. Buah hati yang lucu-lucu. Insya Allah, semoga kelak mereka menjadi anak-anak soleh soleha dan berdiri tegar menghadapi hidup ini, selayaknya dirimu.

Kepada yang telah mendahului kami menghadap pemilik hidup ini, Alfatihah untuk kalian. 





0 komentar:

Posting Komentar