Adalah Afrina Wahyuni, perempuan jangkung yang awal
berkenalan dengannya di masa
Orientasi Mahasiswa Baru di kampus kami, terkesan sombong. Tidak, dia tidak sombong. Dia pendiam. Terkadang hanya
menjawab sepatah dua patah kata jika
ditanya. Sesekali dia ikut tertawa jika ada hal yang lucu.
Bagi saya, “membebaskan”
sahabat untuk memilih teman-teman baru adalah cara terbaik untuk membuat sahabat
kita menjadi nyaman. Tidak memaksakan mereka untuk setiap saat berbagi suka
maupun duka. Tidak kemudian menjadi posesif.
Jika
sahabat ingin berbagi kisahnya, silahkan. Jika sahabat tak ingin berbagi, ya monggo.
Karena
menurut saya, Sahabat ibarat telinga, mata, dan hati yang siap jika kamu
perlukan kapan pun. Ataukah
memberikan pundak untuk sekedar bersandar.
Awalnya, untuk
membuat Rina membagikan sedihnya kepada saya, sangatlah susah. Dan saya tidak
ingin menjadi seseorang yang gila urusan orang lain, ingin tahu
dan mengusili hingga ke hal yang remeh temeh.
***
Hingga suatu
saat, Rina akan menikah. Perasaan saya menjadi campur aduk, Sedih dan bahagia. Entah
kenapa saya merasa sedih, yang pasti saya jelas bahagia. Rina menikah dengan
Ismail Kahar. Lelaki pendiam yang miskin
suara. Lelaki yang seperti melihat air tenang dan menyejukkan. Seperti itulah
yang saya lihat dari Ismail dan akan menjadi
suami sahabatku ini.
Mereka dikaruniai
seorang Putra, Muh Rezky namanya. Raut wajahnya seperti mengcopy wajah ayahnya. Ismail
Kahar dan Muh Rezky adalah pinang yang terbelah.
Kurang dari
10 hari sebelum genap 2 tahun usia Eky buah hati Rina, Ayahnya meninggal.
Meninggal karena sakit yang seakan tiba-tiba muncul begitu saja tanpa permisi. Diagnosa
dokter, ternyata sudah stadium.
Tiga minggu
lebih, Suami Rina dirawat di dua rumah sakit. Sirosis akut yang kemudian
diketahui nama ‘pencuri’ itu. Beberapa kali menjenguk di Rumah Sakit, membuat
saya tidak mampu membendung air mata.
Selama ini, saya merasa cukup tegar untuk hal-hal yang terlalu melankolis, ternyata
tidak, Saya memiliki banyak persediaan air mata.
Tanggal 31 Desember
2011, Suami Rina berpulang ke Rahmatullah. Tak banyak yang bisa saya berikan
selain pelukan erat dan derai air mata yang selalu siap ditumpahkan. Pelukan
bagi saya, adalah bahasa universal yang tak terbatas artinya.
Hanya kepada-Nya-lah kita semua akan kembali.
***
Berselang
setahun lebih, Rina menemukan kembali belahan jiwanya yang lain. Seseorang yang
mengisi kekosongan hatinya. Adalah Muh Syahrullah namanya, lelaki brewok yang cukup berani meminang Rina.
Lagi lagi
tak banyak yang bisa saya katakan kepada Rina. Hanya doa yang mampu saya
ucapkan. Mendukung segala pilihannya. Mendoakan yang terbaik untuknya.
Tak cukup
berapa lama, Rina mengandung anak kedua. Kemudian lahir dan diberi nama Aliyah.
Aliyah berparas cantik, raut mukanya persis seperti Ayahnya. Lagi lagi seperti ayahnya. Pernah dengan
bercanda Rina berujar ke Saya.
“tidak adanya itu wajahnya anak-anak mirip saya, semua wajah ayahnya” kata Rina. Kami tertawa dan memandangi kedua anak-anaknya.
Semoga mereka kelak tumbuh menjadi anak-anak berbakti
kepada orang tua, dan menjadi anak-anak yang soleh soleha. Aamiin… doaku dalam
hati.
***
Aliyah di
usianya yang baru menginjak 1,5 tahun,
harus ditinggalkan oleh Ayahnya, setelah berjuang melawan sakit yang
dideritanya selama kurang lebih setahun. Tepat tanggal
26 Mei 2015, Muh. Syahrullah suami Rina, Sahabat kami, pergi meninggalkan dunia.
Meninggalkan kami yang entah kapan akan berpulang juga.
Rasanya sakit
hati ini. Ikut merasakan kepedihan Rina yang mendalam. Dua lelaki yang
dicintainya pergi ke pangkuan ilahi.
Hhhh...
Hidup ini
penuh misteri ya Rin...
Tak ada yang dapat menebak alur hidup ini. Kun Fa yakun ; maka jadilah!. Sutradaranya Maha Pandai. Mengatur segalanya sedemikian rupa.
Kita sebaiknya berbaik sangka saja kepada-Nya. Bukankah Dia telah menjanjikan di dalam Qalam-nya, bahwa Tidak ada sesuatu hal yang terjadi di muka bumi ini tanpa ada hikmah di baliknya?. Dan Dia pun menjanjikan kepada hambaNya, bahwa DIA tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya?.
Tak ada yang dapat menebak alur hidup ini. Kun Fa yakun ; maka jadilah!. Sutradaranya Maha Pandai. Mengatur segalanya sedemikian rupa.
Kita sebaiknya berbaik sangka saja kepada-Nya. Bukankah Dia telah menjanjikan di dalam Qalam-nya, bahwa Tidak ada sesuatu hal yang terjadi di muka bumi ini tanpa ada hikmah di baliknya?. Dan Dia pun menjanjikan kepada hambaNya, bahwa DIA tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya?.
Dear Rina...
Saya selalu
yakin kamu memiliki Hati seluas Samudera. Bahu yang cukup kuat untuk selalu
memikul segala beban hidup ini. Bersyukurlah memiliki orang-orang terkasih yang
selalu ada untukmu. Buah hati yang lucu-lucu. Insya Allah, semoga kelak mereka
menjadi anak-anak soleh soleha dan berdiri tegar menghadapi hidup ini,
selayaknya dirimu.
Kepada yang telah mendahului kami menghadap pemilik hidup ini, Alfatihah untuk kalian.
0 komentar:
Posting Komentar