Mengagumi Jepang dari Tokio dan DASH

Senin, 17 Oktober 2016 0 komentar

Tidak pernah sedikitpun terlintas dalam benak saya untuk tinggal di salah satu kota di Jepang. Tidak sedikitpun. Beberapa teman saya, pernah menceritakan kepada saya bahwa sangat ingin ke Jepang ataukah tinggal di negara ini.

Kalau ditanya, saya ingin tinggal di negara mana, jika suatu saat diberi kesempatan?. Seingat saya, saya tidak bisa menjawab mau tinggal di mana. Yah, selama itu membuat saya nyaman, saya akan tinggal di negara mana saja selain Indonesia.
Sebelum ke Kyoto pun, saya tidak mempersiapkan akan mengunjungi tempat wisata apa yang wajib dikunjungi pendatang.

Ketika di Kyoto pun, saya hanya menunggu suami libur kerja dan mengajak jalan-jalan mengitari Kyoto. Awalnya bosan, secara kan ya di rumah terus. Hanya bisa bersih-bersih, masak, nonton Drama Korea, dan merajut. Nonton TV pun, saya tidak berminat. Boro-boro nonton, tau artinya juga tidak. haha...

Hingga di suatu minggu malam, Suami mengajak saya untuk menonton sebuah acara di salah satu channel TV sini. Judul acaranya DASH. Dimulai jam 18.00 waktu Kyoto. Ternyata acara reality show. Acara ini bernama DASH. Pengisi acaranya adalah Personil Band TOKIO yang terbentuk sejak tahun 1994 dan beranggotakan lima personil, yaitu Tomoya Nagase, Masahiro Matsuoka, Taichi Kokubun, Tatsuya Yamaguchi, Shigeru Joshima. Kalau mau tau jelasnya, bisa tanya mba Wiki atau mbah gugel, saya juga tanyanya dari belio belio kok :D.

Setting acara ini, personil tokio dibagi tugas untuk mendatangi petani dan nelayan untuk meminta bahan makanan yang menurut si petani maupun nelayan tidak layak jual dan akan dibuang, tetapi bagi personil tokio masih bisa diolah.

Di sinilah uniknya, terlepas dari settingan acara ini sendiri, saya menyukai interaksi mereka kepada para nelayan dan petani. Bahanbahan makanan yang sudah terkumpul itu kemudian diolah oleh personil tokio menjadi makanan yang enak, kemudian para nelayan dann petani tersebut kemudian diundang untuk memakan hasil bumi dan laut mereka, yang semula mereka anggap sudah tidak layak konsumsi.

Perlu diketahui, ini masih info dari suami yang rupanya melek informasi di kyoto (jepang). Bahwa pemerintah Jepang menerapkan standar tinggi bagi nelayan dan petani dalam memperdagangkan usaha mereka. Bagi petani, ukuran ukuran tertentu sayuran dan buah buahan sangat mereka teliti, begitupun dengan nelayan. Tak ayal di swalayan swalayan yang saya datangi untuk berbelanja bahan makanan, packing/pengemasan sayuran dan buah sangat sedap dipandang mata. Rapi dan memiliki estetika. Dan konon menurut suami lagi nih, pemerintah jepang dengan standar yang tinggi itu, agak kerepotan mengakomodir makanan yang setiap hari telah mencapai masa expired harus dibuang. Itu menurut mereka loh. Tapi menurut saya yang sempat tinggal 7 bulan di kyoto, telur yang diberi label expired yang hanya 2 minggu pun masih sangat sangat sangat layak dikonsumsi. Secara yah.. di indonesia, telur beberapa bulan pun kalau belum betul betul busuk, masih bisa dimakan. No offense yah... hikss

0 komentar:

Posting Komentar