Perjalanan; adalah Pelajaran Memeluk Rindu

Senin, 11 April 2016 2 komentar
google

Tiba dengan selamat di Kyoto, adalah kesyukuran bagi saya. Betapa tidak, perjalanan selama 7 jam, adalah perjalanan perdana saya. Makassar-Jakarta yang jaraknya selama dua jam saja, membuat saya gelisah di atas pesawat, apalagi 7 jam. 

Saya berangkat seorang diri ke Kyoto dari Makassar, transit selama 3 jam di Bandara Ngurah Rai, duduk selonjoran di karpet empuk menjaga kesadaran diri agar tidak tertidur dan ketinggalan pesawat. Duh.. Ngeri! 

Penerbangan saya ke Kyoto dengan maskapai Garuda Airlines. Lumayan sih ya harganya, sepersekian persen dari harga tiket murah dari maskapai merah, tapi kapasitas bagasi yang diberikan tidak memungkinkan saya, membawa sebagian isi kamar di Makassar ke Kyoto. Hehehehe... Untunglah, dari Garuda, memberikan 46kg berat bagasi bagi saya, meski sebelum koper koper saya ditimbang di Bandara Hasanuddin, membuat saya was-was.

Alhamdulillah, selama perjalanan 7 jam, dari Denpasar tepat jam 1 dini hari, tiba di Bandara Kanzai Osaka setengah 9 pagi, tidak ada kendala apapun. Meski sesekali turbulensi, masih membuat saya dag dig. Bangun. Tidur. Bangun. Tidur lagi. Seperti mbah surip. Hehehe...

Selamat Datang di Osaka!.

Tidak pernah sekalipun berpikir suatu saat akan menginjakkan kaki di Jepang-Osaka. Bermimpi pun tidak. Satu hal yang membuat saya menjadi tegang kembali, ketika keluar dari garbarata, masuk ke gedung bandara yang sangat bersih, mencari rambut gugur sehelai pun , tak nampak di mata saya *maafkan, ini sangat lebay. ;D 

Dulu, ketika masih di Makassar, setiap pagi saya mendengarkan radio Delta, dan suatu pagi, Astri pernah membahas toilet di bandara Jepang. Ketika itu, Astri bingung, yang dipencet yang mananya. Hingga dia tanpa sengaja memencet tombol icon nada. Toilet itu seketika mengeluarkan bunyi-bunyian. 

Mungkin tersugesti dari kisah astri, saya pun ragu untuk memasuki toilet pertama yang saya lihat. Duh, ternyata toilet penuh. Beberapa penumpang pesawat antri di depan toilet. Saya berpikir, pasti ada toilet lain yang kosong. Bukan berarti saya kebelet dan tidak mau antri, bukan itu. Saya hanya tidak ingin seperti kejadian si Astri. Memencet tombol yang mengeluarkan bunyi-bunyian itu. :))

Setelah berjalan beberapa meter dari toilet pertama, akhirnya saya mendapati toilet yang kosong. Sumpah, seumur hidup baru lihat toilet super bersih seperti itu. Saya tidak sempat foto sih, katanya no pic hoax, tapi ya sudahlah, kalau tidak percaya, cari di mbah gugel saja. Ada banyak kok itu penampakannya :D 

Saya bebas dong, coba-coba apa saja di toilet *eh :D. Dan benar adanya, toiletnya sangat bersih. Di samping kanan dudukan toilet, beberapa tombol dalam huruf kanji, membuat kepala saya tiba-tiba pusing. Ini bacanya kumaha ya. Untunglah, icon-icon itu menyelamatkan saya, dan memang ada tombol icon nada di sana. Pencet gak ya, pencet gak ya. Saya memilih untuk tidak memencet. Jaimlah yah, meski berasal dari dusun, saya tidak boleh norak. Rasanya, ingin tinggal di dalam toilet itu. Nyaman rasanya. 

Di dinding toilet, terdapat dudukan untuk balita. Trus di bawah dekat pintu, terdapat papan putih yang menempel dan dapat diturunkan ke lantai. Gunanya untuk menaruh tas, atau bawaan agar tidak langsung menyentuh lantai. Sampai sedetail itu mereka memikirkan kenyamanan pengguna toilet. Bagi ibu-ibu yang membawa balita, bisa membawa anaknya ke tempat yang disediakan tanpa repot-repot menyuruh mereka berdiri di lantai.

***

Setelah ketegangan berjumpa dengan toilet berakhir, ketegangan lainnya muncul. Waduh, saya kudu piye. tempat pemeriksaan imigrasinya di mana?. Cari orang Indonesia tidak ketemu, nanya mba mba jepang, gimana ngomongnya. 
Beberapa orang yang lewat di depan saya, yang keluar dari toilet pertama, akhirnya berhenti dan berdiri di depan pintu. Di atas dan dinsing samping pintu itu, banyak info mengenai jalur-jalur harus kemana dan kemana. Saya melihat tulisan itu, nihil. Tak ada yang bisa dibaca. Bahasa inggrispun tak ada.

Beberapa menit berdiri di depan pintu, akhirnya sebuah kereta berhenti di depan kami. Kami berbondong-bondong rapi masuk ke dalam kereta. Ternyata kereta ini, tujuannya mengangkut kami ke arah Imigrasi. Saya mah, sok tau saja sih, ikut orang-orang yang berada di dalam kereta. Hilang, hilang dah.

Di dalam kereta, ternyata banyak orang cina dan korea, tidak sukar mendeteksinya. Orang Cina yang memang ada di mana-mana, dan orang Korea yang sering saya lihat dan dengar berbicara di drama-drama Korea :D. The Power of Drakor. Hahahaha....

Untuk sampai di bagian pemeriksaan Imigrasi, kami mengantri. Ada beberapa orang dari bagian Imigrasi yang berdiri memeriksa dokumen kami, apa aja yang harus diisi, ataukah harus antri di mana. Saya disuruh antri di bagian Residence, karena saya akan tinggal di Kyoto setahun. Tempat antrian saya berbeda dengan wisatawan.

Tiba giliran saya, di depan mba mba Jepang, saya menyerahkan dokumen untuk diperiksa, lantas disuruh menaruh ibu jari di atas alat pendeteksi sidik jari dan menatap sebuah layar untuk mengambil foto saya. Tidak sampai 5 menot proses itu berlangsung, kemudian saya menuju tempat pengambilan barang.

Eng ing eng...
Saya ke sana kemari, kok tidak ada ya orang-orang yang antri mengambil barangnya. Saya melewati meja yang mirip meja informasi, di situ ada tulisan besar DENPASAL. DENPASAL?, kok familiar ya, macam DENPASAR. Tiba-tiba seorang mba mba cantik berpakaian seragam hitam dengan dalaman kemeja putih, melintas di depan saya. Saya menyapanya. Dia dengan wajah manis sekali dan senyum terkembang tanpa dibuat-buat berkata ke saya kurang lebih bertanya ada yang bisa saya bantu, dengan bahasa Jepang. Saya balik bertanya, apa Anda bisa berbahasa Inggris?. 

Saya mencari koper saya, penerbangan dari Denpasar, begitu tanya saya ke mba mba cantik ini. 
Dia langsung paham dan mengatakan "Hai, Denpasal". dan mengajak saya menuju meja yang saya lihat tadi. Terungkap sudah misteri dari kata DENPASAL itu :D

Kedua koper saya ambil dan mengucapkan terima kasih dalam bahasa Jepang sambil membungkuk, kemudian mencari suami yang telah menunggu. 

Akhirnya, saya tiba di bandara Kanzai dengan selamat dan di pelukan suami. :))

Setiap perjalanan adalah upaya untuk belajar.
Menemukan hal baru, dan memeluk  rindu.

2 komentar:

Posting Komentar