Kafe Vintage dan Penuh Bunga

Rabu, 17 Juni 2015 0 komentar



Makassar makin ramai dengan Kafe Kafe keren untuk sekedar berkumpul bersama teman-teman, berkumpul dengan komunitas, kencan mungkin?. :)

Bagi saya, mengunjungi sebuah kafe dalam sebulan bukan sebagai keharusan, tergantung kondisi keuangan. Saya dan teman-teman Klub Baca Ammacaki, di awal bulan biasanya meet up, kami menyebutnya gosip buku. Tapi pada kenyataannya, kami sering membicarakan hal random, entah menggosipi penulis yang katanya anulah itulah, harga di toko buku A B C, hal-hal yang sedang in di Makassar, sampai membicarakan Cakar (sebutan untuk pakaian bekas di Makassar). 
Ketika pulang ke rumah masing-masing, di perjalanan saya merasakan hati menjadi ‘penuh’, otak menjadi segar, dan tentunya kenyang :D. 

Selasa lalu, saya diajak teman, memanggilnya Kak Iking, mendengarkan banyak kisah dari dia dan dari saya juga. Kami bertukar cerita. Cukup lama tidak bertemu. Kak iking, termasuk salah satu guru saya, teman sharing banyak hal. Kakak yang baik, meski terkadang sensitif jika janji bertemu dengan dia. Saya selalu datang terlambat. Janji bertemu dengan dia?, jangan coba-coba terlambat

“ugha, di La Buana Kafe saja ya, kafe sini bagus, biar kamu punya referensi tempat asik” kata kak iking di telpon.

Oke. Kami sepakat. Dan hampir saja saya menyesal tidak pernah mencoba mendatangi kafe ini. Letaknya di Jalan Urip Sumoharjo No.60
Sejauh ini, yang saya lihat dan sudah mencoba beberapa Kafe di Makassar, banyak sih yang bagus, tapi belum ada yang terasa pas. Dalam artian pas semuanya, pas tempatnya, makanannya, dan terpenting pas di kantong *cek dompet* :|
Biar penasarannya tidak tergantung di langit biru, tidak salahnya mencoba kan ya?.

***

Kafe La Buana

Sering melewati kafe ini, jika melihat gedungnya, awal-awal berdirinya, sangat mengesankan, meski penasaran ini Kafe seperti apa dalemannya *duh daleman*, saya tidak pernah sekalipun ingin singgah. Saya pikir, ini Kafe yang penuh asap rokok, para pria yang tertawa terbahak-bahak sambil mengepulkan asap rokok. Saya mah, keren bagaimanapun Kafenya kalau dari luar saja sudah kelihatan berkabut karena asap rokok, Ogah!. Tau kan kalau saya duta Anti Rokok? (plese jangan percaya). *potong potong rokok*

Masuk ke dalam lantai satu, lah mana kafenya?. Ternyata kosong, hanya terdapat sofa besar berwarna merah, dinding yang dilapisi wallpaper bunga warna hitam-abuabu, dan beberapa sketsa yang digantung di dalam bingkai. 

Lantai kedua, saya terperangah. Wah keren betul kafe ini, terdapat beberapa kursi-kursi dan meja untuk pelanggan, tempat memesan menu dan kasir, barang-barang vintage yang dipajang di dinding ataukah diletakkan di lantai. Ada juga bagian outdoor-nya, beberapa pengunjung merokok di sana. Oh pasti itu untuk Smooking Area.  Tentunya, daerah itu tidak akan saya datangi.




Lantai ketiga. Ini yang seru. Menaiki tangga ketiga, setelah melewati tangga, langsung menemukan kursi yang membuat saya berseru “itu kursi nenekku!”. Kursi kayu dan mejanya, saya meyakini ini sudah berusia puluhan tahun. Teringat kursi nenek saya dulu di kampung. Di dinding, digantung beberapa gambar iklan tempo dulu  yang dibingkai.

Beberapa sofa empuk yang membuat kita merasa seperti di rumah sendiri. Dinding yang dipenuhi wallpaper bunga-bunga besar, kursi-kursi warna warni. Keluar dari ruangan, terhampar tanaman dan bermacam-macam bunga dengan warna warni, kursi-kursi diatur sedemikian rupa untuk kenyamanan pelanggan. Di sebuah bagian, terdapat kolam buatan yang di dalamnya puluhan ekor ikan mas. Gemericik air mancur menambah syahdu suasana.

Overall, Kafe La Buana ini bagus untuk dan nyaman untuk berkumpul bersama keluarga, teman-teman, dan relasi kerja. Kekurangannya, berada di outdoor, hawanya tidak begitu bersahabat, gerah!. Beda lah ya kalau kita di dalam ruangan, terdapat pendingin ruangan. 

Untuk menunya?. Saya belum sempat memesan makanan “berat”. Saya hanya memesan teh tarik dan sepiring kentang goreng. Saya berencana akan datang bersama teman-teman yang lainnya.


Makassar, 17 Juni 2015


0 komentar:

Posting Komentar