Makassar makin ramai dengan Kafe
Kafe keren untuk sekedar berkumpul bersama teman-teman, berkumpul dengan
komunitas, kencan mungkin?. :)
Bagi saya, mengunjungi sebuah
kafe dalam sebulan bukan sebagai keharusan, tergantung kondisi keuangan. Saya dan
teman-teman Klub Baca Ammacaki, di awal bulan biasanya meet up, kami menyebutnya gosip buku. Tapi pada kenyataannya, kami
sering membicarakan hal random, entah menggosipi penulis yang katanya anulah itulah,
harga di toko buku A B C, hal-hal yang sedang in di Makassar, sampai membicarakan Cakar (sebutan untuk pakaian bekas
di Makassar).
Ketika pulang ke rumah
masing-masing, di perjalanan saya merasakan hati menjadi ‘penuh’, otak menjadi
segar, dan tentunya kenyang :D.
Selasa lalu, saya diajak teman, memanggilnya
Kak Iking, mendengarkan banyak kisah dari dia dan dari saya juga. Kami bertukar
cerita. Cukup lama tidak bertemu. Kak iking, termasuk salah satu guru saya,
teman sharing banyak hal. Kakak yang
baik, meski terkadang sensitif jika janji bertemu dengan dia. Saya selalu
datang terlambat. Janji bertemu dengan dia?, jangan
coba-coba terlambat
“ugha, di La Buana Kafe saja ya,
kafe sini bagus, biar kamu punya referensi tempat asik” kata kak iking di
telpon.
Oke. Kami sepakat. Dan hampir
saja saya menyesal tidak pernah mencoba mendatangi kafe ini. Letaknya di Jalan
Urip Sumoharjo No.60
Sejauh ini, yang saya lihat dan
sudah mencoba beberapa Kafe di Makassar, banyak sih yang bagus, tapi belum ada
yang terasa pas. Dalam artian pas semuanya, pas tempatnya, makanannya, dan
terpenting pas di kantong *cek dompet* :|
Biar penasarannya tidak
tergantung di langit biru, tidak salahnya mencoba kan ya?.
***
Kafe La Buana
Sering melewati kafe ini, jika
melihat gedungnya, awal-awal berdirinya, sangat mengesankan, meski penasaran
ini Kafe seperti apa dalemannya *duh daleman*, saya tidak pernah sekalipun
ingin singgah. Saya pikir, ini Kafe yang penuh asap rokok, para pria yang tertawa
terbahak-bahak sambil mengepulkan asap rokok. Saya mah, keren bagaimanapun
Kafenya kalau dari luar saja sudah kelihatan berkabut karena asap rokok, Ogah!.
Tau kan kalau saya duta Anti Rokok? (plese jangan percaya). *potong potong rokok*
Masuk ke dalam lantai satu, lah
mana kafenya?. Ternyata kosong, hanya terdapat sofa besar berwarna merah,
dinding yang dilapisi wallpaper bunga
warna hitam-abuabu, dan beberapa sketsa yang digantung di dalam bingkai.
Lantai kedua, saya terperangah.
Wah keren betul kafe ini, terdapat beberapa kursi-kursi dan meja untuk pelanggan,
tempat memesan menu dan kasir, barang-barang vintage yang dipajang di dinding
ataukah diletakkan di lantai. Ada juga bagian outdoor-nya, beberapa pengunjung merokok di sana. Oh pasti itu
untuk Smooking Area. Tentunya, daerah itu tidak akan saya datangi.
Lantai ketiga. Ini yang seru. Menaiki
tangga ketiga, setelah melewati tangga, langsung menemukan kursi yang membuat
saya berseru “itu kursi nenekku!”. Kursi kayu dan mejanya, saya meyakini ini
sudah berusia puluhan tahun. Teringat kursi nenek saya dulu di kampung. Di dinding,
digantung beberapa gambar iklan tempo dulu
yang dibingkai.
Beberapa sofa empuk yang membuat
kita merasa seperti di rumah sendiri. Dinding yang dipenuhi wallpaper bunga-bunga besar, kursi-kursi
warna warni. Keluar dari ruangan, terhampar tanaman
dan bermacam-macam bunga dengan warna warni, kursi-kursi diatur sedemikian rupa
untuk kenyamanan pelanggan. Di sebuah bagian, terdapat kolam buatan yang di
dalamnya puluhan ekor ikan mas. Gemericik air mancur menambah syahdu suasana.
Overall, Kafe La Buana ini bagus untuk dan nyaman untuk berkumpul
bersama keluarga, teman-teman, dan relasi kerja. Kekurangannya, berada di outdoor, hawanya tidak begitu
bersahabat, gerah!. Beda lah ya kalau kita di dalam ruangan, terdapat pendingin
ruangan.
Untuk menunya?. Saya belum sempat
memesan makanan “berat”. Saya hanya memesan teh tarik dan sepiring kentang
goreng. Saya berencana akan datang bersama teman-teman yang lainnya.
Makassar, 17 Juni 2015
Makassar, 17 Juni 2015
0 komentar:
Posting Komentar